Wakil Ketua MPR Tekankan Pentingnya Perspektif Arkeologi dalam Kebijakan
Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat mendorong integrasi perspektif arkeologi dalam pembuatan kebijakan di Indonesia, menekankan pentingnya warisan budaya dan pembelajaran dari masa lalu untuk generasi mendatang.
![Wakil Ketua MPR Tekankan Pentingnya Perspektif Arkeologi dalam Kebijakan](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/04/000030.555-wakil-ketua-mpr-tekankan-pentingnya-perspektif-arkeologi-dalam-kebijakan-1.jpg)
Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat atau Rerie, mengingatkan pentingnya peran arkeologi dalam pengambilan keputusan kebijakan. Pernyataan ini disampaikannya saat memberikan sambutan di Kongres Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) dan Seminar Nasional Arkeologi di Yogyakarta, Senin (2/3).
Rerie menyoroti banyaknya kasus kebijakan yang mengabaikan perspektif arkeologi. Ia mendorong organisasi profesi untuk lebih tegas mengingatkan para pemangku kebijakan agar mempertimbangkan aspek arkeologi. Menurutnya, ini adalah pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan.
Ia menekankan pentingnya memperhatikan Pasal 32 UUD 1945 dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Kedua regulasi ini menekankan pentingnya pengembangan kebudayaan nasional, termasuk pelestarian warisan budaya.
Contoh Implementasi
Sebagai contoh, Rerie menyebutkan data arkeologi seharusnya menjadi dasar perencanaan kawasan, tata ruang, dan pengembangan wilayah. Dengan demikian, perencanaan pembangunan dapat lebih berkelanjutan dan memperhatikan nilai-nilai sejarah dan budaya.
Tantangan Arkeologi di Indonesia
Rerie juga mengakui berbagai tantangan yang dihadapi arkeologi di Indonesia. Diantaranya: regulasi yang kurang efektif, pengelolaan situs yang buruk, kurangnya kolaborasi antar disiplin ilmu, infrastruktur yang minim, dan keterbatasan sumber daya.
Pentingnya Political Will
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Rerie menekankan perlunya edukasi dan membangun political will dari para pemangku kepentingan. Hal ini penting agar kebijakan yang dihasilkan benar-benar tepat dan memperhatikan aspek warisan budaya.
Kesimpulan
Rerie menutup sambutannya dengan menegaskan pentingnya arkeologi dan warisan budaya sebagai sumber inspirasi dan pembelajaran bagi generasi penerus bangsa. Ia berharap agar perspektif arkeologi dapat diintegrasikan secara penuh dalam proses pengambilan keputusan di Indonesia.