Anggota DPR: Program MBG di Bengkulu Jangan Fokus Kota Saja!
Anggota DPR RI Eko Kurnia Ningsih menyoroti fokus Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Bengkulu yang masih terpusat di kota dan belum menjangkau daerah dengan angka stunting tinggi.

Bengkulu, 6 Mei 2025 - Anggota DPR RI Eko Kurnia Ningsih mempertanyakan fokus Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Provinsi Bengkulu yang dinilai masih terpusat di daerah perkotaan. Ia mendesak agar program tersebut juga menjangkau wilayah-wilayah yang lebih membutuhkan, khususnya daerah dengan angka stunting dan gizi buruk yang tinggi. Hal ini disampaikan melalui pesan elektronik yang diterima di Bengkulu, Selasa.
Eko mengungkapkan kekhawatirannya karena pelaksanaan MBG saat ini baru menjangkau enam titik di Kota Bengkulu, dengan rencana penambahan tiga titik lagi tahun ini. "Pelaksanaan MBG masih terpusat di Kota Bengkulu... Sejauh ini program belum menjangkau ke daerah yang rentan, seperti wilayah yang tingkat stuntingnya tinggi dan gizi buruk," ujarnya dalam pesan elektronik tersebut. Ia juga mempertanyakan mengapa program tersebut belum merambah ke daerah-daerah yang lebih membutuhkan.
Lebih lanjut, Eko menjelaskan bahwa Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bengkulu telah mengusulkan perluasan penerima manfaat MBG kepada Badan Gizi Nasional (BGN). Usulan tersebut meliputi perluasan program ke 20 sekolah, namun belum seluruhnya disetujui. BGN memberikan alasan perlunya sinkronisasi data dan kesiapan teknis sebagai kendala utama. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan akan kriteria prioritas penerima manfaat MBG. Eko khawatir, pemilihan sekolah atau sasaran MBG lebih didasarkan pada kesiapan infrastruktur perkotaan daripada kebutuhan gizi di daerah rentan.
Distribusi MBG yang Tidak Merata
Anggota DPR RI Eko Kurnia Ningsih menyampaikan keprihatinannya terkait ketidakmerataan distribusi Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Provinsi Bengkulu. Menurutnya, fokus program yang masih terpusat di perkotaan mengabaikan daerah-daerah yang lebih membutuhkan bantuan gizi. Hal ini disampaikan saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Kepala BGN pada Selasa, 6 Mei 2025.
Dalam RDP tersebut, Eko menekankan pentingnya evaluasi yang komprehensif terhadap program MBG. Ia meminta agar evaluasi tidak hanya berfokus pada data kuantitatif penerima manfaat, tetapi juga mencakup indikator gizi yang digunakan, status gizi awal siswa, dan target perbaikan gizi yang ingin dicapai. "Mengenai evaluasi ini, jangan hanya data kuantitatif penerima saja yang ditampilkan, tetapi juga bagaimana indikator gizi yang digunakan, bagaimana status awal gizi siswa atau target perbaikan gizinya seperti apa," tegas Eko.
Dengan evaluasi yang komprehensif, semua pihak dapat menilai efektivitas program MBG dalam mencapai tujuannya. Data yang akurat dan menyeluruh akan membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat untuk memperbaiki implementasi program di masa mendatang. Eko berharap agar program MBG benar-benar dapat mengatasi masalah gizi di Bengkulu, khususnya di daerah-daerah yang rentan.
Eko juga mengingatkan pentingnya keselarasan program MBG dengan strategi besar pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang dicanangkan Presiden Prabowo. Program MBG diharapkan dapat berkontribusi signifikan dalam mengatasi masalah gizi dan meningkatkan kualitas SDM Indonesia. Oleh karena itu, distribusi yang merata dan tepat sasaran menjadi kunci keberhasilan program ini.
Perlu Sinkronisasi Data dan Kesiapan Teknis
Kendala sinkronisasi data dan kesiapan teknis menjadi alasan Badan Gizi Nasional (BGN) belum menyetujui seluruh usulan perluasan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Provinsi Bengkulu. Hal ini diungkapkan oleh Eko Kurnia Ningsih setelah melakukan Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Kepala BGN. Meskipun Pemprov Bengkulu telah mengusulkan perluasan ke 20 sekolah, BGN menekankan pentingnya kesiapan infrastruktur dan data yang akurat sebelum program diperluas.
Eko menekankan perlunya evaluasi yang komprehensif untuk memastikan program MBG tepat sasaran dan efektif dalam mengatasi masalah gizi di Bengkulu. Ia juga menyoroti pentingnya memperhatikan daerah-daerah yang memiliki angka stunting dan gizi buruk tinggi, bukan hanya daerah perkotaan yang memiliki infrastruktur lebih memadai. Hal ini penting agar program MBG dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan gizi anak-anak di seluruh wilayah Bengkulu.
Ke depan, diharapkan adanya kolaborasi yang lebih baik antara Pemprov Bengkulu dan BGN dalam mengatasi kendala sinkronisasi data dan kesiapan teknis. Dengan demikian, program MBG dapat diperluas ke daerah-daerah yang membutuhkan dan benar-benar mencapai tujuannya untuk meningkatkan gizi anak-anak di Bengkulu.
Kesimpulannya, perlu adanya evaluasi menyeluruh dan distribusi yang lebih merata untuk memastikan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Bengkulu efektif dalam mengatasi masalah gizi, khususnya di daerah-daerah yang rentan terhadap stunting dan gizi buruk. Sinkronisasi data dan kesiapan teknis juga perlu ditingkatkan untuk mendukung perluasan program ke daerah-daerah tersebut.