DKPP Bandung Awasi Ketat Kesehatan Ternak Cegah Penyebaran Brucellosis
Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Kota Bandung secara rutin mengawasi kesehatan hewan ternak untuk mencegah penyebaran bakteri brucella penyebab brucellosis, penyakit yang dapat menurunkan produktivitas ternak bahkan menyebabkan keguguran.

Kota Bandung, 14 Maret 2024 - Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Kota Bandung gencar melakukan pengawasan kesehatan hewan ternak. Langkah ini dilakukan untuk mencegah penyebaran bakteri Brucella, penyebab penyakit brucellosis yang berbahaya bagi hewan ternak dan manusia. Pengawasan rutin ini dilakukan untuk melindungi populasi ternak di Kota Bandung dan menjamin keamanan pangan masyarakat.
Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan DKPP Kota Bandung, Wilsandi, menyatakan hingga kini belum ditemukan kasus brucellosis di Kota Bandung. Hal ini berkat pemantauan intensif dan kerjasama yang baik dengan para peternak. "Kami membangun komunikasi intensif dengan peternak dan melakukan monitoring secara rutin untuk memastikan kesehatan hewan ternak, tidak hanya terhadap brucellosis, tetapi juga penyakit lain seperti penyakit mulut dan kuku (PMK)," ujar Wilsandi di Bandung, Jumat lalu.
Pengawasan ketat ini penting karena brucellosis dapat menyebabkan penurunan produktivitas ternak, bahkan keguguran pada hewan betina yang terinfeksi. Bahayanya, penyakit ini juga dapat menular ke manusia, menyebabkan demam yang naik turun dan diawali dengan menggigil. Oleh karena itu, DKPP Kota Bandung berkomitmen untuk melindungi kesehatan masyarakat dengan memastikan keamanan pangan dari produk-produk peternakan.
Pengawasan Hewan Ternak dari Luar Kota Bandung
Wilsandi menjelaskan bahwa pengawasan difokuskan pada hewan ternak yang berasal dari luar Kota Bandung. Hal ini untuk mencegah masuk dan menyebarnya bakteri Brucella ke wilayah peternakan di Kota Bandung. "Kami terus memantau kesehatan hewan, terutama yang berasal dari luar Kota Bandung, agar penyakit ini tidak masuk dan menyebar di wilayah peternak Kota Bandung," tegasnya. Upaya pencegahan ini merupakan langkah proaktif untuk melindungi kesehatan hewan dan masyarakat.
DKPP Kota Bandung bekerja sama dengan peternak untuk memastikan hewan ternak dalam kondisi sehat. Kerjasama ini meliputi edukasi tentang penyakit brucellosis, cara pencegahan, dan prosedur pelaporan jika ditemukan gejala penyakit pada ternak. Dengan pendekatan kolaboratif ini, diharapkan dapat mencegah penyebaran penyakit brucellosis secara efektif.
Selain pengawasan di tingkat Kota Bandung, pengawasan juga dilakukan di tingkat Provinsi Jawa Barat. Data dari Kepala Bidang Kesehatan Hewan (Keswan) Kesmavet DKPP Jawa Barat, drh. Suprijanto, menunjukkan bahwa lebih dari 1.290 ekor sapi perah di Jawa Barat (sekitar 1,3 persen dari total populasi) terpapar bakteri Brucella. Angka ini menunjukkan pentingnya upaya pencegahan dan pengawasan yang berkelanjutan.
Brucellosis di Jawa Barat: Fokus pada Sapi Perah
Menurut drh. Suprijanto, penyakit brucellosis di Jawa Barat umumnya menyerang sapi perah. "Prevalensi penyakit brucella itu 1,3 persen dari jumlah seluruh populasi (sapi perah) di Jabar yang pada tahun 2024 ada sebanyak 99.692 ekor," jelasnya. Kondisi ini menunjukkan perlunya perhatian khusus terhadap kesehatan sapi perah di Jawa Barat.
Lebih lanjut, drh. Suprijanto menjelaskan bahwa penyakit ini jarang ditemukan pada sapi potong. "Pada sapi potong itu cenderung tidak ada. Kejadian terakhir pada sapi potong itu tahun 2012 ada kejadian di Pangandaran atau Ciamis tapi langsung dipotong," ujarnya. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh perbedaan manajemen peternakan dan pola pemeliharaan antara sapi perah dan sapi potong.
Kesimpulannya, upaya pencegahan dan pengawasan penyakit brucellosis oleh DKPP Kota Bandung dan DKPP Jawa Barat sangat penting untuk melindungi kesehatan hewan ternak dan masyarakat. Kerjasama yang baik antara pemerintah dan peternak menjadi kunci keberhasilan dalam mencegah penyebaran penyakit ini.