Enam ABK Jadi Tersangka Penyelundupan 45 Ton Bawang Merah Ilegal
Bea Cukai Aceh menetapkan enam ABK sebagai tersangka penyelundupan 45 ton bawang merah dan pakaian bekas ilegal dari Thailand yang akan dipasarkan di Aceh, melanggar UU Kepabeanan.

Banda Aceh, 18 Februari 2024 - Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea Cukai Aceh berhasil mengungkap kasus penyelundupan 45 ton bawang merah dan 28 karung pakaian bekas dari Thailand. Enam Anak Buah Kapal (ABK) kapal KM RB, berbendera Indonesia, kini telah ditetapkan sebagai tersangka.
Penangkapan di Perairan Aceh Utara
Penangkapan dilakukan di perairan Jambo Aye, Kabupaten Aceh Utara, pada Rabu, 12 Februari 2024, menjelang subuh. Tim gabungan Bea Cukai yang terdiri dari Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea Cukai Aceh, Pangkalan Sarana Operasi Bea Cukai Tipe A Tanjung Balai Karimun, Bea Cukai Lhokseumawe, Bea Cukai Langsa, dan Satgas Patroli Laut BC 30001, berhasil menghentikan kapal setelah pengejaran kurang dari 30 menit. Informasi awal mengenai kapal yang mencurigakan dari Thailand menjadi kunci keberhasilan operasi ini.
Kepala Bidang Penindakan dan Penyidikan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea Cukai Aceh, I Putu Agus Arjaya, menjelaskan bahwa barang bukti berupa 45 ton bawang merah dan 28 karung pakaian bekas saat ini disimpan di gudang Bea Cukai Banda Aceh. Ia menambahkan, semua ABK yang ditetapkan sebagai tersangka merupakan warga negara Indonesia.
Tersangka dan Tindakan Hukum
Keenam ABK yang menjadi tersangka adalah MSF (nakhoda), ND, ZK, SB, dan MN. Mereka dijerat dengan Pasal 7 A ayat (2) dan Pasal 102 huruf a Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana diubah dengan UU Nomor 17 Tahun 2006, karena mengimpor barang tanpa dilengkapi dokumen yang sah. Para tersangka saat ini tengah menjalani proses penyidikan lebih lanjut.
Menurut keterangan I Putu Agus Arjaya, para tersangka mengaku akan memasarkan bawang merah tersebut di Aceh dan telah beberapa kali melakukan penyelundupan barang serupa. Hal ini menunjukkan modus operandi yang terorganisir dan perlu penanganan serius.
Kerja Sama Antar Instansi
Kepala Bidang Fasilitas Kepabeanan dan Cukai Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea Cukai Aceh, Leni Rahmasari, menekankan pentingnya kerja sama antar instansi dalam pengungkapan kasus ini. Ia juga menegaskan komitmen Bea Cukai dalam mencegah penyelundupan dan melindungi masyarakat dari peredaran barang ilegal.
"Penindakan impor ilegal ini merupakan komitmen jajaran Bea Cukai untuk mencegah penyelundupan barang dari luar negeri dan melindungi masyarakat dari peredaran barang ilegal," tegas Leni Rahmasari. "Kami terus meningkatkan pengawasan wilayah perairan Aceh guna mencegah masuknya barang-barang ilegal yang dapat merugikan negara dan masyarakat." Keberhasilan operasi ini menunjukkan kesigapan dan koordinasi yang baik antar lembaga penegak hukum.
Kesimpulan
Pengungkapan kasus penyelundupan bawang merah dan pakaian bekas ini menjadi bukti nyata komitmen Bea Cukai dalam menjaga keamanan ekonomi negara. Penetapan enam ABK sebagai tersangka dan penyitaan barang bukti menunjukkan keseriusan pemerintah dalam memberantas praktik ilegal yang merugikan negara dan masyarakat. Kejadian ini juga menjadi pengingat akan pentingnya pengawasan ketat di perairan Indonesia untuk mencegah penyelundupan serupa di masa mendatang.