Kecelakaan Maut di Padang Panjang: 12 Tewas Akibat Trauma Tumpul, Identifikasi Korban Terkendala
Kecelakaan bus di Padang Panjang mengakibatkan 12 korban meninggal dunia karena trauma tumpul, sementara identifikasi korban terkendala karena kondisi fisik yang sulit dikenali.

Kecelakaan maut yang melibatkan sebuah bus dari Medan menuju Bekasi di Terminal Busur, Padang Panjang, Sumatera Barat pada Selasa lalu telah menewaskan 12 orang dan melukai 23 lainnya. Kasubdit Dokpol Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Bidokkes) Polda Sumatera Barat, dr. Eka Purnama Sari, menjelaskan penyebab utama kematian para korban adalah trauma tumpul.
Berdasarkan hasil pemeriksaan medis, dr. Eka menyatakan bahwa mayoritas korban meninggal dunia akibat trauma tumpul, kemungkinan besar karena terjepit benda keras saat kecelakaan. Kondisi ini menyulitkan proses identifikasi korban, terutama bagi mereka yang kondisi fisiknya sulit dikenali. "Rata-rata karena trauma tumpul. Mungkin karena terkena benda tumpul sehingga korban ada yang terjepit benda keras," ujar dr. Eka Purnama Sari.
Insiden ini menyoroti pentingnya peningkatan keselamatan lalu lintas di wilayah tersebut. Proses identifikasi jenazah melibatkan tim Disaster Victim Identification (DVI) yang menggunakan data medis dan properti korban untuk dicocokkan dengan data antemortem dari keluarga. Tiga jenazah telah diserahkan kepada ahli waris beserta pakaian korban.
Identifikasi Korban dan Peran Tim DVI
Proses identifikasi korban kecelakaan ini cukup kompleks. Tim DVI bekerja keras untuk mengidentifikasi para korban, meskipun beberapa mengalami kerusakan fisik yang signifikan. "Kaki dan tangan korban masih utuh sehingga kita bisa mengidentifikasi melalui sidik jarinya," jelas dr. Eka. Penggunaan sidik jari menjadi salah satu metode penting dalam mengidentifikasi korban yang sulit dikenali secara visual.
Data medis dan properti yang ditemukan pada korban menjadi kunci penting dalam proses identifikasi. Informasi dari keluarga korban (data antemortem) juga sangat krusial dalam membantu tim DVI untuk memastikan identitas para korban. Kerja sama yang baik antara tim DVI, kepolisian, dan pemerintah daerah sangat penting untuk memastikan proses identifikasi berjalan lancar dan cepat.
Proses identifikasi ini memakan waktu dan membutuhkan ketelitian tinggi. Tim DVI bekerja secara profesional dan teliti untuk memastikan keakuratan identifikasi setiap korban, sehingga keluarga korban dapat segera mendapatkan kepastian.
Langkah Pemerintah Kota Padang Panjang
Menanggapi peristiwa ini, Wakil Wali Kota Padang Panjang, Allex Saputra, menyatakan akan berkoordinasi dengan pihak kepolisian untuk membangun lajur penyelamat lalu lintas di sisi kiri dan kanan badan jalan. Lajur penyelamat ini bertujuan untuk mengurangi risiko kecelakaan yang lebih parah, terutama bagi kendaraan yang mengalami rem blong.
Pembangunan lajur penyelamat ini merupakan langkah proaktif pemerintah daerah dalam meningkatkan keselamatan lalu lintas di wilayah tersebut. Dengan adanya lajur penyelamat, diharapkan dapat meminimalisir dampak kecelakaan dan mengurangi jumlah korban jiwa di masa mendatang. Langkah ini menunjukkan komitmen pemerintah daerah dalam menjamin keselamatan warganya.
Langkah ini tentunya membutuhkan perencanaan dan koordinasi yang matang antara pemerintah daerah dan pihak terkait. Diharapkan pembangunan lajur penyelamat ini dapat segera direalisasikan untuk mencegah kejadian serupa terulang kembali.
Kesimpulan
Kecelakaan maut di Padang Panjang menyoroti pentingnya keselamatan lalu lintas dan efektivitas proses identifikasi korban dalam peristiwa besar. Trauma tumpul menjadi penyebab utama kematian para korban, sementara upaya identifikasi korban dilakukan dengan bantuan tim DVI dan data antemortem dari keluarga. Pemerintah Kota Padang Panjang juga berencana membangun lajur penyelamat untuk meningkatkan keselamatan lalu lintas di masa depan.