KKP Perkuat Pengelolaan Warisan Budaya Bawah Laut Belitung
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama mitra internasional tingkatkan pengelolaan warisan budaya bawah air di Belitung, fokus pada situs Bangkai Kapal Belitung yang kaya artefak.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPPSDM KP) terus berupaya meningkatkan kualitas pengelolaan warisan budaya bawah air di Indonesia. Upaya ini dilakukan untuk membangun kesadaran, keterampilan, dan komitmen jangka panjang dalam pengelolaan berkelanjutan, khususnya di wilayah perairan Indonesia yang kaya akan sejarah maritim.
Salah satu fokus utama peningkatan pengelolaan tersebut adalah situs Bangkai Kapal Belitung di Kepulauan Bangka Belitung. Situs ini menyimpan ribuan artefak berharga dari masa lalu, menjadikannya aset bernilai tinggi yang perlu dilindungi dan dikelola dengan baik. Pelatihan peningkatan sumber daya manusia (SDM) pun digelar untuk mencapai tujuan tersebut.
Pelatihan yang melibatkan berbagai pihak, termasuk Flinders University Australia, UNESCO Jakarta, Pemerintah Kabupaten Belitung, Kementerian Kebudayaan, dan National Research Institute of Maritime Heritage Korea, bertujuan untuk membangun kapasitas SDM lokal dalam konservasi dan pengelolaan warisan budaya bawah air. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah untuk menjaga warisan budaya maritim Indonesia untuk generasi mendatang.
Peningkatan Kapasitas SDM untuk Konservasi Warisan Bawah Laut
Kepala BPPSDM KP KKP, I Nyoman Radiarta, menekankan pentingnya pelatihan ini dalam keterangannya di Jakarta. Ia menyatakan, "Pelatihan ini utamanya berkaitan dengan konservasi dan pengelolaan warisan budaya bawah air di Belitung, Kepulauan Bangka Belitung." Beliau juga menambahkan bahwa Belitung memiliki kekayaan warisan budaya bawah air yang sangat berharga, termasuk situs Bangkai Kapal Belitung yang menyimpan ribuan artefak berharga.
Pelatihan ini tidak hanya berfokus pada aspek teknis pengelolaan, tetapi juga bertujuan membangun kesadaran dan komitmen jangka panjang dalam menjaga warisan budaya bawah air. Dengan melibatkan berbagai pihak, mulai dari akademisi hingga komunitas lokal, diharapkan tercipta sistem pengelolaan yang lebih baik dan sesuai standar internasional.
I Nyoman Radiarta juga menyampaikan harapannya agar pengelolaan warisan budaya bawah laut ini dapat berkontribusi pada pengembangan sektor eduwisata berbasis budaya maritim. Hal ini diyakini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Belitung secara berkelanjutan.
Koordinator Kegiatan dari BPPSDM KP-Flinders University, Nia Naelul Hasanah Ridwan, menjelaskan bahwa pelatihan ini merupakan bagian dari Project Revisiting Salvaged and Looted Shipwreck Sites in Indonesia dan implementasi kegiatan Integrated Initiative for Underwater Cultural Heritage Preservation.
Situs Bangkai Kapal Belitung: Kekayaan Sejarah Maritim Indonesia
Pilihan Belitung sebagai lokasi pelatihan didasarkan pada kekayaan warisan budaya bawah airnya, termasuk situs-situs kapal karam dan artefak bersejarah. Letak geografis Belitung yang strategis di jalur pelayaran dan perdagangan dunia, The Maritime Silk and Spice Route, telah membuatnya menjadi lokasi penting dalam sejarah maritim.
Bangkai Kapal Belitung, yang tenggelam sekitar 1,5 mil dari pantai Desa Batu Itam, merupakan penemuan bawah air paling signifikan di Indonesia. Diduga sebagai kapal Arabian Dhow, kapal ini membawa sekitar 60.000 muatan berupa keramik Changsa Dinasti Tang, artefak emas dan perak, dan rempah-rempah. Artefak-artefak ini memberikan gambaran yang kaya tentang perdagangan dan budaya maritim di masa lalu.
Pelatihan ini diikuti oleh berbagai pihak, termasuk staf pemerintah daerah, museum, perwakilan komunitas lokal, dan akademisi. Peserta dari berbagai daerah di Indonesia juga mengikuti pelatihan secara daring, menunjukkan komitmen nasional dalam menjaga warisan budaya bawah laut.
Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, sebelumnya telah menekankan pentingnya pengelolaan warisan budaya bawah air secara optimal, dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, keberlanjutan, dan nilai sejarahnya.
Dengan pelatihan ini, diharapkan pengelolaan warisan budaya bawah air di Indonesia, khususnya di Belitung, akan semakin baik dan berkelanjutan, menjaga kekayaan sejarah maritim Indonesia untuk generasi mendatang dan mendorong pengembangan eduwisata yang berdampak positif bagi masyarakat lokal. Kerja sama internasional dan kolaborasi antar berbagai pihak menjadi kunci keberhasilan upaya ini.