Menteri PPN Dorong Inovasi Kebijakan untuk Pertahankan Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
Menteri PPN/Kepala Bappenas, Rachmat Pambudy, menekankan pentingnya inovasi kebijakan untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah tantangan global seperti geopolitik, inflasi, dan gangguan rantai pasokan.

Jakarta, 17 Februari 2024 - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Rachmat Pambudy, menyatakan bahwa Indonesia perlu mengadopsi kebijakan inovatif dan adaptif untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tantangan global seperti ketidakpastian geopolitik, inflasi yang meningkat, dan gangguan rantai pasokan, mengharuskan Indonesia untuk lebih gesit dalam merespon perubahan.
Dalam Public Lecture Moving Towards 8% Growth for Indonesia di Jakarta, Senin lalu, Menteri Pambudy menekankan pentingnya kebijakan berbasis data untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen. Beliau juga menyampaikan bahwa tantangan ekonomi global, termasuk kebijakan ekonomi negara-negara seperti AS, menambah kompleksitas dalam mencapai target tersebut.
Menghadapi Tantangan Global
Bappenas mengundang Profesor Ricardo Hausmann, mantan Menteri Perencanaan Venezuela, untuk memberikan wawasan strategi percepatan pertumbuhan ekonomi. Profesor Hausmann telah melakukan studi di Indonesia pada 2017, mengidentifikasi regulasi dan kelembagaan sebagai kendala utama pertumbuhan ekonomi Indonesia. Temuan ini kemudian diintegrasikan ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.
Menjelang RPJMN 2025-2029, target ambisius pertumbuhan ekonomi 8 persen menjadi fokus utama. Target ini bertujuan untuk mengurangi kemiskinan, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan memastikan ketahanan ekonomi jangka panjang Indonesia. Untuk mencapai hal ini, pemerintah telah merumuskan strategi '8 plus 1'.
Strategi '8 Plus 1' untuk Pertumbuhan Ekonomi
Delapan strategi utama yang diusung meliputi peningkatan produktivitas pertanian, industrialisasi sektor padat karya, pengembangan ekonomi biru dan hijau, pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif, pengembangan perkotaan sebagai pusat pertumbuhan, transformasi digital, investasi asing langsung (FDI) berorientasi ekspor, dan investasi non-APBN. Strategi kesembilan ('plus 1') adalah belanja negara untuk meningkatkan produktivitas melalui program-program seperti Makan Bergizi Gratis (MBG), pembangunan rumah, lumbung pangan, dan sekolah unggul.
Selain strategi tersebut, pemerintah juga menerapkan langkah-langkah kebijakan lain, seperti deregulasi perizinan, kesinambungan fiskal yang didukung Kementerian Keuangan, dan kebijakan moneter yang mendukung pertumbuhan. Menteri Pambudy juga mencontohkan keberhasilan negara lain, seperti Turki, yang berhasil diversifikasi ekspornya dari produk pertanian ke sektor manufaktur seperti otomotif dan elektronik.
Belajar dari Negara Lain
Profesor Hausmann dalam makalahnya menjelaskan bagaimana negara-negara mengembangkan keunggulan komparatif mereka. Turki, misalnya, telah berhasil bertransformasi dari negara pengekspor minyak zaitun menjadi pengekspor berbagai produk manufaktur. Indonesia, menurut Menteri Pambudy, juga memiliki peluang uniknya sendiri, dan pemerintah berharap dapat belajar dari pengalaman negara lain dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Kesimpulannya, pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen melalui inovasi kebijakan, strategi komprehensif, dan pembelajaran dari pengalaman negara lain. Tantangan global yang kompleks tidak menyurutkan tekad pemerintah untuk mencapai target tersebut demi kesejahteraan rakyat Indonesia.