Perpusnas Dorong Daerah Aktif Usulkan Bantuan Buku untuk Tingkatkan Literasi di Wilayah 3T
Perpustakaan Nasional (Perpusnas) mengajak pemerintah daerah proaktif mengusulkan bantuan buku, khususnya untuk daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T), guna memperluas akses baca dan meningkatkan literasi.

Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas), E. Aminudin Aziz, menyerukan pentingnya peran aktif pemerintah daerah dalam mengusulkan bantuan buku untuk memperluas akses baca di Indonesia. Hal ini disampaikan dalam konferensi pers memperingati HUT Perpusnas ke-45 di Jakarta, Rabu (14/5). Perpusnas telah mendistribusikan buku ke 10.000 lokasi, terutama di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar), namun membutuhkan kerjasama aktif dari daerah untuk memastikan penyaluran bantuan tepat sasaran dan berkelanjutan.
Aminudin Aziz menjelaskan bahwa bantuan buku yang diberikan Perpusnas difokuskan pada daerah 3T. Namun, Perpusnas membutuhkan informasi akurat mengenai lokasi dan kebutuhan buku di daerah tersebut. Oleh karena itu, kerjasama dengan taman bacaan masyarakat (TBM) dan dinas perpustakaan dan kearsipan di daerah sangat penting untuk mengidentifikasi lokasi yang membutuhkan bantuan dan memastikan penyaluran buku tepat sasaran.
"Pada dasarnya, bantuan buku yang kita berikan ke 10 ribu lokus itu adalah untuk daerah 3T, dan kami meminta bantuan kepada mereka yang bergerak di daerah sana, yaitu taman bacaan masyarakat (TBM) untuk menjadi kaki tangan. Inisiatif dan usulannya itu dari mereka," kata Aminudin Aziz. Ia menekankan pentingnya koordinasi dengan dinas terkait untuk memastikan data TBM yang membutuhkan bantuan akurat dan terupdate.
Peran Serta TNI/Polri dan Program KKN Tematik Literasi
Perpusnas tidak hanya mengandalkan TBM dan dinas perpustakaan daerah. Lembaga ini juga berkolaborasi dengan TNI dan kepolisian untuk mendistribusikan buku di daerah 3T yang sulit dijangkau. Selain itu, untuk memastikan pemanfaatan buku yang efektif dan berkelanjutan, Perpusnas juga menyelenggarakan Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Literasi.
Program KKN Tematik Literasi yang berkolaborasi dengan Kemendikbudristek ini melibatkan mahasiswa untuk mengelola dan memanfaatkan buku-buku yang telah didistribusikan. Mahasiswa akan berada di desa selama 40 hari untuk menjalankan program kreatif yang dapat meningkatkan literasi dan kreativitas masyarakat.
"Kita kan sudah memulai dengan penyediaan buku dulu nih. Di desa-desa itu, kalau tidak ada yang menggerakkan, bagaimana buku itu dimanfaatkan? Bagaimana mereka bisa menindaklanjuti buku-buku bacaan itu? Oleh karena itu, kami meminta bantuan mahasiswa yang kreativitasnya bisa lebih banyak daripada mereka yang sudah ada di birokrasi," jelas Aminudin Aziz.
Keberlanjutan Program dan Peran Masyarakat
Aminudin Aziz menekankan pentingnya keberlanjutan program literasi di daerah. Program KKN Tematik Literasi dirancang untuk memberdayakan masyarakat agar mampu mengelola dan memanfaatkan buku-buku yang tersedia secara mandiri setelah mahasiswa kembali ke kampus.
Mahasiswa diharapkan dapat menciptakan program-program kreatif yang dapat meningkatkan minat baca dan kreativitas masyarakat. Setelah program KKN selesai, diharapkan masyarakat dapat melanjutkan kegiatan literasi yang telah dimulai, sehingga program ini memberikan dampak jangka panjang bagi peningkatan literasi di daerah.
"Para mahasiswa akan ada di sana selama 40 hari efektif. Nah, tindak lanjutnya adalah bersama dengan masyarakat, biar nanti masyarakat yang melanjutkan, karena kalau mahasiswa selamanya di sana juga kan tidak mungkin, biayanya pasti mahal dan mereka harus segera kembali ke kampus, untuk belajar kembali," paparnya. Yang terpenting adalah sustainability atau keberlanjutan program agar bermanfaat bagi masyarakat.
Perpusnas berharap inisiatif ini dapat meningkatkan akses dan minat baca di seluruh Indonesia, terutama di daerah 3T. Dengan kolaborasi yang baik antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat, diharapkan program literasi ini dapat berjalan efektif dan berkelanjutan.