Pinang: Komoditas Andalan Baru Simeulue, Aceh
Pemkab Simeulue menjadikan pinang sebagai komoditas andalan, didorong oleh peningkatan harga dan luas lahan perkebunan yang signifikan, memberikan dampak positif bagi perekonomian petani setempat.
![Pinang: Komoditas Andalan Baru Simeulue, Aceh](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/11/191602.570-pinang-komoditas-andalan-baru-simeulue-aceh-1.jpg)
Kabupaten Simeulue, Aceh, telah menetapkan pinang sebagai komoditas andalannya. Kenaikan harga dan perluasan lahan perkebunan menjadi pendorong utama kebijakan ini. Langkah ini memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian masyarakat Simeulue, khususnya para petani pinang.
Produksi dan Luas Lahan Pinang Simeulue
Berdasarkan data Dinas Perkebunan, Peternakan, dan Kesehatan Hewan Kabupaten Simeulue, luas lahan perkebunan pinang mencapai 2.164 hektare pada tahun 2024, menghasilkan produksi sebanyak 268,9 ton. Alfianto, Kepala Bidang Perkebunan, menyatakan bahwa luas lahan ini terus meningkat dari tahun ke tahun, seiring dengan peningkatan harga jual pinang di pasaran.
Sebanyak 2.978 petani tersebar di 10 kecamatan di Simeulue menggarap perkebunan pinang. Kecamatan Simeulue Barat memiliki lahan terluas dengan 477 hektare, diikuti Kecamatan Simeulue Timur seluas 273 hektare. Pemerintah daerah memberikan dukungan penuh kepada para petani untuk mengembangkan usaha perkebunan pinang mereka.
Kenaikan Harga Pinang dan Dampaknya
Pedagang pengumpul pinang di Simeulue melaporkan kenaikan harga yang signifikan sejak awal tahun 2025. Harga pinang kering, baik bulat maupun belah, mencapai Rp8.000 hingga Rp10.000 per kilogram, tergantung tingkat kekeringan. Safirudin, seorang pedagang pengumpul, menjelaskan bahwa harga pinang sebelumnya hanya Rp1.000 per kilogram, kemudian naik menjadi Rp4.000-an, dan kini mencapai angka yang jauh lebih tinggi.
Kenaikan harga ini disambut gembira oleh para petani, seperti Basri, yang telah bertahun-tahun mengharapkan peningkatan harga pinang. Ia berharap kenaikan harga ini berkelanjutan, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan para petani dan perekonomian masyarakat Simeulue secara keseluruhan. Kenaikan ini dianggap sebagai angin segar setelah sekian lama harga pinang stagnan.
Potensi dan Tantangan Ke Depan
Kabupaten Simeulue, sebagai wilayah kepulauan terluar Aceh yang terletak di Samudra Hindia, sekitar 180 mil laut dari pesisir barat Sumatera, memiliki potensi besar dalam pengembangan komoditas pinang. Dengan dukungan pemerintah dan semangat para petani, pengembangan perkebunan pinang dapat menjadi pilar penting perekonomian daerah. Namun, tantangan seperti infrastruktur dan akses pasar perlu diperhatikan untuk memastikan keberlanjutan usaha ini.
Sejak pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat pada tahun 1999, Kabupaten Simeulue dengan 10 kecamatan dan 138 desa, dihuni sekitar 98 ribu jiwa, terus berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Pengembangan komoditas pinang menjadi salah satu strategi kunci dalam pencapaian tujuan tersebut. Keberhasilan ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam mengembangkan komoditas lokal unggulan.
Ke depan, perlu adanya strategi yang terintegrasi antara pemerintah, petani, dan pelaku usaha untuk memastikan keberlanjutan dan peningkatan kualitas produksi pinang di Simeulue. Hal ini termasuk pelatihan bagi petani, peningkatan akses terhadap teknologi pertanian modern, dan pengembangan pasar yang lebih luas, baik domestik maupun internasional.