Rupiah Melemah: Kesepakatan Dagang AS-Inggris Pengaruhi Kurs Dolar
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS disebabkan oleh penguatan dolar pasca-kesepakatan perdagangan AS-Inggris dan antisipasi pertemuan AS-Tiongkok.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada Jumat, 9 Mei 2025. Pelemahan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama penguatan dolar AS setelah tercapainya kesepakatan perdagangan antara AS dan Inggris. Kesepakatan ini memberikan keuntungan signifikan bagi eksportir AS, mengakibatkan aliran modal kembali ke AS dan meningkatkan permintaan dolar di pasar internasional. Selain itu, data pasar tenaga kerja AS yang menunjukkan penurunan angka pengangguran juga turut memperkuat dolar AS.
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menjelaskan bahwa pelemahan rupiah cenderung mendatar setelah pembukaan pasar. Hal ini disebabkan oleh sikap investor yang masih menunggu hasil pertemuan antara AS dan Tiongkok di akhir pekan. "Namun demikian, pergerakan rupiah cenderung sideways (mendatar) setelah pembukaan akibat investor yang masih mengantisipasi pertemuan AS-Tiongkok pada akhir pekan," ujar Josua kepada ANTARA di Jakarta.
Kesepakatan perdagangan AS-Inggris mencakup pengurangan hambatan non-tarif untuk produk ekspor AS senilai miliaran dolar, termasuk daging sapi, etanol, dan produk pertanian lainnya. Inggris juga berkomitmen untuk mempercepat proses bea cukai barang-barang Amerika, sehingga ekspor dari AS akan lebih cepat mendapatkan persetujuan. Kesepakatan ini diperkirakan akan meningkatkan pendapatan eksportir AS sebesar lima miliar dolar AS, ditambah lagi enam miliar dolar AS dari kebijakan tarif universal AS sebesar 10 persen.
Dampak Kesepakatan Dagang AS-Inggris terhadap Rupiah
Kesepakatan perdagangan AS-Inggris memberikan dampak positif bagi AS, namun berdampak negatif pada nilai tukar rupiah. Penguatan dolar AS akibat kesepakatan ini menarik minat investor untuk kembali ke pasar AS, sehingga mengurangi permintaan terhadap rupiah. Selain itu, antisipasi terhadap hasil pertemuan AS-Tiongkok juga turut mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah.
Josua Pardede memprediksi pergerakan rupiah pada pekan depan akan dipengaruhi oleh sentimen dari inflasi AS yang akan dirilis pada Selasa malam (13/5) dan hasil pertemuan negosiasi tarif dagang antara AS dan Tiongkok. Ia memperkirakan rupiah akan melemah terbatas karena risiko kembalinya investor ke AS pasca rilis inflasi dan pelonggaran tensi perang dagang. "Rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp16.475-Rp16.625 per dolar AS," katanya.
Pada penutupan perdagangan Jumat, nilai tukar rupiah melemah 18 poin atau 0,11 persen menjadi Rp16.520 per dolar AS, dari sebelumnya Rp16.502 per dolar AS. Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia juga melemah ke level Rp16.532 per dolar AS dari Rp16.497 per dolar AS.
Analisis Lebih Lanjut tentang Pergerakan Rupiah
Pelemahan rupiah ini menunjukkan dampak globalisasi ekonomi yang signifikan. Perjanjian perdagangan bilateral, seperti antara AS dan Inggris, dapat memiliki efek riak yang mempengaruhi pasar keuangan di negara-negara lain, termasuk Indonesia. Pergerakan modal internasional yang dipengaruhi oleh sentimen pasar global menjadi faktor kunci yang perlu dipertimbangkan dalam memahami dinamika nilai tukar rupiah.
Ketidakpastian terkait hasil pertemuan AS-Tiongkok juga menambah kompleksitas peramalan pergerakan rupiah. Perkembangan hubungan perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia ini memiliki pengaruh besar terhadap perekonomian global dan pasar keuangan. Oleh karena itu, investor cenderung bersikap wait and see sebelum mengambil keputusan investasi yang signifikan.
Secara keseluruhan, pelemahan rupiah ini merupakan cerminan dari kompleksitas dinamika ekonomi global. Faktor-faktor internal dan eksternal saling berinteraksi dan mempengaruhi nilai tukar mata uang suatu negara. Penting bagi pemerintah dan Bank Indonesia untuk terus memantau perkembangan ekonomi global dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Meskipun diperkirakan melemah terbatas, perkembangan selanjutnya perlu dipantau dengan cermat. Inflasi AS dan hasil negosiasi AS-Tiongkok akan menjadi penentu utama pergerakan rupiah dalam waktu dekat. Kejelasan kebijakan ekonomi pemerintah juga berperan penting dalam menjaga kepercayaan investor dan stabilitas nilai tukar rupiah.