Satu Kantong Jenazah Lagi dari Kebakaran Glodok Diterima RS Polri
RS Polri menerima satu kantong jenazah lagi korban kebakaran Glodok Plaza pada Sabtu sore, menambah total menjadi delapan kantong jenazah yang tengah diidentifikasi menggunakan metode DNA.
Rumah Sakit Bhayangkara Polri Kramat Jati menerima tambahan satu kantong jenazah korban kebakaran Glodok Plaza, Jakarta Barat, pada Sabtu sore (18/1). Jenazah tiba sekitar pukul 17.08 WIB dan langsung dibawa ke Instalasi Forensik untuk identifikasi.
Penambahan ini meningkatkan jumlah kantong jenazah yang diterima RS Polri menjadi delapan. Tim Disaster Victim Identification (DVI) RS Polri bekerja keras mengidentifikasi para korban. Mereka dibantu oleh Inafis dan Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) dalam proses identifikasi yang kompleks ini.
Metode Identifikasi
Proses identifikasi korban kebakaran Glodok mengalami tantangan karena kondisi jenazah yang hangus terbakar. Oleh karena itu, metode identifikasi DNA menjadi pilihan utama. Kepala RS Polri, Brigjen Pol. Prima Heru Yulihartono, menjelaskan pada Jumat (17/1) bahwa pemeriksaan DNA telah dilakukan sejak pagi hari untuk membantu mengungkap identitas para korban.
Pemeriksaan DNA dipilih karena kondisi jenazah yang mengalami kerusakan parah akibat kebakaran hebat. Proses identifikasi diperkirakan akan memakan waktu cukup lama mengingat kompleksitas kasus ini. Kerja sama antar instansi terkait sangat krusial dalam upaya mengungkap identitas para korban secepat dan seakurat mungkin.
Tantangan Identifikasi
Kondisi jenazah yang terbakar hebat menjadi kendala utama dalam proses identifikasi. Hal ini membutuhkan pemeriksaan yang lebih teliti dan mendalam untuk memastikan akurasi identifikasi. Tim DVI RS Polri bekerja keras untuk mengatasi tantangan ini demi memberikan kepastian kepada keluarga korban.
Kesimpulan
Penerimaan satu kantong jenazah tambahan ini menyoroti kompleksitas proses identifikasi korban kebakaran Glodok Plaza. RS Polri, dengan bantuan Inafis dan Puslabfor, berkomitmen penuh untuk mengungkap identitas seluruh korban melalui metode identifikasi DNA, meskipun proses ini membutuhkan waktu dan ketelitian tinggi.