Warga Binaan Rutan Negara Potong Babi Jelang Galungan: Tradisi dan Syukur di Balik Jeruji
Jelang Galungan, warga binaan Rutan Negara, Jembrana, Bali, memotong babi peliharaan mereka sebagai tradisi dan wujud syukur atas hasil peternakan di dalam rutan.

Jembrana, Bali, 22 April 2024 - Dalam suasana menjelang Hari Raya Galungan, sebuah pemandangan unik dan mengharukan terjadi di Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas IIB Negara, Kabupaten Jembrana, Bali. Warga binaan yang tergabung dalam kelompok kerja peternakan memotong enam ekor babi peliharaan mereka, sebuah tradisi yang sarat makna bagi umat Hindu di Bali.
Kegiatan ini bukan sekadar pemotongan hewan ternak biasa. Ia merupakan perwujudan dari tradisi 'mepatung', sebuah ritual yang lazim dilakukan menjelang Galungan. Uniknya, tradisi ini tetap terjaga bahkan di dalam lingkungan rutan, menunjukkan bagaimana nilai-nilai budaya dan keagamaan tetap dipegang teguh meski berada di balik jeruji besi. Kepala Sub Seksi Pelayanan Tahanan Rutan Kelas IIB Negara, I Nyoman Tulus Sedeng, menjelaskan bahwa hak-hak keagamaan warga binaan tetap dipenuhi, termasuk kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan hari raya keagamaan.
Daging babi hasil pemotongan tersebut kemudian dibagikan kepada 17 keluarga warga binaan yang aktif dalam kelompok peternakan dan juga kepada petugas rutan. Pembagian ini bukan hanya sebagai bagian dari tradisi, tetapi juga sebagai wujud rasa syukur atas keberhasilan program peternakan di dalam rutan yang berjalan lancar. Hal ini juga menunjukkan adanya upaya asimilasi dan edukasi yang positif di dalam lembaga pemasyarakatan tersebut.
Tradisi Mepatung dan Rasa Syukur Warga Binaan
Bagi Rian, salah seorang warga binaan yang ikut memelihara babi, ada rasa haru saat babi peliharaannya disembelih. Meskipun sedih karena telah merawat babi tersebut sejak kecil, Rian merasa bangga karena hewan ternaknya dapat memberikan manfaat, terutama bagi keluarganya yang menerima bagian daging. "Babi itu dikorbankan untuk tujuan baik. Meski sedih karena memelihara sejak kecil, tetapi saya bangga hewan peliharaan saya sehat sehingga bisa dipotong untuk Hari Raya Galungan," ungkap Rian.
Hal senada disampaikan oleh Putu Sizkha, salah satu petugas Rutan Kelas IIB Negara. Ia melihat tradisi mepatung ini sebagai sebuah kesempatan untuk menguji keberhasilan program beternak babi di dalam rutan. "Ternak babi di sini sudah lama dijalankan, dan terbukti tiap menjelang Hari Raya Galungan selalu bisa melaksanakan tradisi mepatung dari babi peliharaan sendiri," kata Putu Sizkha. Keberhasilan ini membuktikan bahwa program peternakan di rutan tidak hanya sekadar kegiatan, tetapi juga berdampak positif bagi warga binaan.
Kepala Kantor Wilayah Ditjenpas Bali, Decky Nurmansyah, mengapresiasi kegiatan ini. Beliau menekankan bahwa nilai-nilai agama dan budaya dapat tetap dilestarikan di mana pun, termasuk di dalam rumah tahanan. "Kegiatan itu sudah rutin dilakukan di Rumah Tahanan Kelas IIB Negara. Ini bisa menjadi contoh yang positif," ujar Decky Nurmansyah. Apresiasi ini menunjukkan dukungan terhadap upaya positif yang dilakukan oleh Rutan Negara dalam menjaga nilai-nilai budaya dan keagamaan di lingkungannya.
Program Peternakan di Rutan: Asimilasi dan Edukasi
Program peternakan babi di Rutan Kelas IIB Negara merupakan bagian dari program asimilasi dan edukasi bagi warga binaan. Program ini tidak hanya memberikan keterampilan beternak, tetapi juga menanamkan nilai-nilai tanggung jawab dan kemandirian. Keberhasilan program ini terlihat dari kemampuan warga binaan untuk memelihara dan menghasilkan ternak yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tradisi keagamaan mereka.
Selain itu, program ini juga memberikan dampak positif bagi perekonomian keluarga warga binaan. Pembagian daging babi hasil pemotongan memberikan tambahan penghasilan dan memenuhi kebutuhan protein keluarga mereka. Hal ini menunjukkan bahwa program tersebut tidak hanya berfokus pada aspek keagamaan dan budaya, tetapi juga memperhatikan aspek ekonomi dan kesejahteraan warga binaan dan keluarga mereka.
Secara keseluruhan, kegiatan pemotongan babi menjelang Galungan di Rutan Negara merupakan contoh nyata bagaimana nilai-nilai agama, budaya, dan kemandirian dapat diintegrasikan dalam program pembinaan di lembaga pemasyarakatan. Ini menjadi bukti bahwa pembinaan di dalam rutan tidak hanya berfokus pada hukuman, tetapi juga pada pemulihan dan pengembangan diri warga binaan.
Kegiatan ini juga menunjukkan bahwa meskipun berada di dalam rutan, warga binaan tetap dapat menjalankan tradisi dan budaya mereka, serta merasakan kebahagiaan dan kebersamaan dalam menyambut hari raya keagamaan. Hal ini menjadi bukti bahwa pembinaan yang humanis dan berorientasi pada pemulihan dapat memberikan dampak positif bagi para warga binaan.