BKSDA Papua Barat Perkuat Pengawasan, Gagalkan Penyelundupan Ratusan Satwa Langka
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Papua Barat meningkatkan pengawasan di pelabuhan dan bandara Sorong, berhasil menggagalkan penyelundupan ratusan satwa dan melepaskanliarkan puluhan burung endemik.

Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Papua Barat gencar memberantas penyelundupan satwa langka. Pengawasan ketat dilakukan di berbagai titik, termasuk pelabuhan dan bandara di Sorong, guna melindungi flora dan fauna endemik Papua Barat dari kepunahan. Upaya ini melibatkan berbagai pihak, termasuk Dinas Lingkungan Hidup, Kehutanan dan Pertanahan (DLHKP) Provinsi Papua Barat Daya dan UPT Kementerian Kehutanan.
Kepala Balai Besar KSDA Papua Barat, Jhoni Santoso Silaban, menyatakan bahwa pos pengawasan telah didirikan di bandara, pelabuhan, serta wilayah pesisir dan permukiman penduduk. Langkah ini merupakan strategi komprehensif untuk mencegah penyelundupan satwa melalui berbagai jalur. Keberhasilan upaya ini terbukti dengan terungkapnya ratusan kasus penyelundupan satwa yang berhasil digagalkan.
"Di bandara sudah ada pos dan petugas yang siap di sana, kemudian klaster perairan dan pulau-pulau kecil pun ada pengawasan dan pemukiman masyarakat juga ada pengawasan," jelas Jhoni Santoso Silaban dalam keterangannya di Sorong, Sabtu (8/3).
Penyelundupan Digagalkan, Satwa Dilepasliarkan
Berkat pengawasan yang intensif, BKSDA Papua Barat berhasil menggagalkan penyelundupan 159 hingga 200 individu satwa. Satwa-satwa yang berhasil diamankan ini tidak langsung dilepasliarkan. Mereka menjalani tahap habituasi terlebih dahulu untuk memastikan mereka dapat beradaptasi kembali dengan habitat aslinya. Proses ini penting untuk meningkatkan peluang keberhasilan pelepasliaran dan memastikan kelangsungan hidup satwa tersebut.
"Karena pada umumnya kondisi burung itu tidak (prima), setelah itu baru kita lepaskan ke hutan," ujar Jhoni Santoso Silaban menjelaskan proses habituasi yang dilakukan.
Sebagai bagian dari rangkaian Hari Bakti Rimbawan (HBR), sebanyak 30 ekor burung endemik telah dilepasliarkan di Taman Wisata Alam Sorong. Jenis burung yang dilepasliarkan antara lain kasturi kepala hitam, kakatua koki, dan kanguru tanah. Pelepasliaran ini menjadi bukti nyata komitmen BKSDA Papua Barat dalam upaya konservasi satwa.
Sorong: Pintu Keluar Penyelundupan Satwa dari Berbagai Wilayah Papua
Jhoni Santoso Silaban menambahkan bahwa satwa yang diselundupkan tidak hanya berasal dari Papua Barat Daya, tetapi juga dari berbagai wilayah lain di Papua. Pelabuhan Sorong dan Bandara DEO menjadi jalur utama penyelundupan, sehingga pengawasan di kedua lokasi tersebut sangat krusial. Hal ini menunjukkan perlunya kerja sama antar wilayah di Papua untuk mengatasi masalah penyelundupan satwa secara efektif.
Pengawasan yang intensif di Pelabuhan Sorong dan Bandara DEO merupakan langkah strategis untuk mencegah penyelundupan satwa. Dengan adanya pos pengawasan dan petugas yang terlatih, diharapkan dapat meminimalisir keberhasilan penyelundupan satwa dan melindungi keanekaragaman hayati Papua Barat. Kerja sama antar instansi dan peningkatan kesadaran masyarakat sangat penting untuk mendukung keberhasilan upaya konservasi ini.
BKSDA Papua Barat berkomitmen untuk terus meningkatkan pengawasan dan penegakan hukum terkait penyelundupan satwa. Upaya ini dilakukan untuk melindungi keanekaragaman hayati Papua Barat dan memastikan kelestarian satwa langka untuk generasi mendatang. Pentingnya edukasi dan kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian satwa juga menjadi fokus utama dalam upaya konservasi ini. Dengan kerja sama yang baik, diharapkan penyelundupan satwa dapat ditekan dan kelestarian alam Papua Barat dapat terjaga.