BKSDA Tangkap Panthera Hitam di Banten Setelah Serangan Ternak
Seekor panther hitam betina berhasil ditangkap BKSDA di Banten setelah menyerang ternak warga; BKSDA akan meneliti penyebab panther keluar dari habitatnya.

Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat Wilayah I Serang berhasil menyelamatkan seekor panther hitam betina dari pemukiman warga di Desa Ciwarna, Kecamatan Mancak, Kabupaten Serang, Banten. Penangkapan ini dilakukan setelah panther tersebut dilaporkan menyerang sejumlah ternak warga. Kejadian ini menimbulkan keprihatinan dan pertanyaan mengenai penyebab panther keluar dari habitat aslinya.
Proses penangkapan panther hitam ini tidak mudah. Awalnya, BKSDA memasang jebakan berupa kandang perangkap selama kurang lebih dua minggu. Namun, upaya tersebut gagal karena ukuran kandang yang kurang memadai, sehingga panther dapat meloloskan diri setelah mengaktifkan mekanisme penutup kandang. Hal ini memaksa BKSDA untuk mencari solusi alternatif guna mengamankan satwa dilindungi tersebut.
BKSDA kemudian berkoordinasi dengan Taman Safari Indonesia untuk mendapatkan bantuan personel dan kandang perangkap yang lebih besar. Kerja sama ini menjadi kunci keberhasilan operasi penyelamatan panther hitam tersebut. Dengan kandang yang lebih besar dan tim yang berpengalaman, akhirnya panther berhasil ditangkap.
Penangkapan dan Kondisi Panthera Hitam
Tim gabungan BKSDA dan Taman Safari Indonesia memasang kandang perangkap yang lebih besar di lokasi yang sama pada Rabu, 26 Maret 2024, sekitar pukul 17.00 WIB. Sekitar pukul 22.00 WIB, panther tersebut masuk ke dalam perangkap dan berhasil ditangkap. Panthera hitam yang ditangkap merupakan betina muda, diperkirakan berusia antara satu hingga dua tahun. Hewan ini diduga telah memangsa enam ekor kambing milik warga sekitar.
Kepala Resort Konservasi Wilayah III-Seksi Konservasi Wilayah I Banten, Tuwuh Rahadianto, menyatakan bahwa panther tersebut kemungkinan berasal dari kawasan hutan lindung di dekat lokasi penangkapan. BKSDA akan melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui penyebab panther meninggalkan habitat alaminya. "Meskipun kawasan hutan tampak dalam kondisi baik, ada kemungkinan panther tersebut sedang mencari wilayah kekuasaan baru," tambah Rahadianto.
Panthera, sebagai hewan soliter yang biasanya menjaga wilayah kekuasaannya dan jarang hidup berkelompok, perilaku keluar dari habitatnya ini menjadi fokus penelitian lebih lanjut. Informasi lebih detail mengenai kondisi kesehatan panther dan rencana selanjutnya akan diumumkan setelah pemeriksaan menyeluruh selesai dilakukan.
Langkah-langkah Antisipasi dan Imbauan BKSDA
BKSDA akan terus memantau wilayah tersebut dan memasang kamera jebak untuk memastikan tidak ada satwa liar dan dilindungi lainnya yang berada di dekat pemukiman warga. Hal ini penting untuk mencegah kejadian serupa dan memastikan keselamatan warga dan satwa liar.
Tuwuh Rahadianto juga mengimbau warga untuk tetap waspada dan segera melaporkan setiap penampakan panther, macan tutul, atau satwa liar lainnya kepada BKSDA. "Jangan sekali-kali mencoba melukai atau membunuh hewan-hewan tersebut," tegasnya. Imbauan ini sangat penting untuk menjaga kelestarian satwa liar dan mencegah tindakan yang dapat membahayakan baik manusia maupun hewan.
BKSDA berkomitmen untuk terus berupaya menjaga keseimbangan ekosistem dan keselamatan warga. Kerja sama antara BKSDA dan masyarakat sangat penting dalam upaya konservasi satwa liar di Indonesia. Keberhasilan penangkapan panther hitam ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran bagi semua pihak untuk lebih peduli terhadap kelestarian alam dan satwa liar.