Kaltim Kejar Percepatan Tanam Padi Usai Banjir Samarinda Ancam 50 Hektare Lahan
Banjir Samarinda akibatkan 50 hektare lahan sawah terancam gagal panen; Pemprov Kaltim percepat tanam padi untuk minimalisir kerugian petani.

Banjir yang melanda Kota Samarinda, Kalimantan Timur pada Senin, 12 Mei 2025, telah menimbulkan kerugian signifikan bagi sektor pertanian, khususnya para petani padi. Sekitar 50 hektare lahan sawah di Kelurahan Lempake, Kecamatan Samarinda Utara, terendam banjir dan terancam gagal panen. Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Pemprov Kaltim) bergerak cepat untuk membantu para petani memulihkan lahan pertanian mereka dan memastikan produksi padi tetap terjaga.
Kepala Dinas Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura (DPTPH) Provinsi Kaltim, Siti Farisyah Yana, menyatakan bahwa upaya percepatan tanam padi ini sangat penting karena periode Mei hingga Juni merupakan siklus tanam utama bagi petani di Kaltim. Pemprov Kaltim berupaya memberikan bantuan benih padi agar petani dapat segera melakukan penanaman kembali setelah banjir surut. Harapannya, dengan dukungan kondisi cuaca yang baik di bulan Juni, target produksi padi tidak akan terpengaruh secara signifikan.
Situasi ini menjadi pukulan telak bagi petani di Lempake yang baru saja pulih dari dampak banjir Januari 2025. Mereka telah berusaha keras untuk kembali menanam padi setelah banjir sebelumnya, namun kini menghadapi ancaman gagal panen lagi. Kondisi ini menunjukkan betapa rentannya sektor pertanian terhadap bencana alam, khususnya banjir yang berulang di wilayah tersebut.
Dampak Banjir terhadap Petani Padi Samarinda
Manajer Brigade Pangan Suluh Manuntung sekaligus Ketua Kelompok Tani Krida Karya Utama Kota Samarinda, Adung KS Utomo, menjelaskan bahwa air belum sepenuhnya surut dari areal persawahan di Kecamatan Samarinda Utara, terutama di Kelurahan Lempake. Wilayah yang paling terdampak meliputi kelompok tani di kawasan Betapus, Girirejo, hingga Muang Ilir.
Kondisi tanaman padi di lahan-lahan tersebut beragam, mulai dari fase vegetatif, fase mengeluarkan malai (bunga padi), hingga siap panen. Lebih menyedihkan lagi, "Bahkan, ada petani yang sudah memanen, namun hasil panen ikut terendam dan hanyut terbawa arus air," ungkap Adung. Hal ini menunjukkan betapa besar kerugian yang dialami para petani akibat banjir tersebut.
Adung juga menyampaikan bahwa target kawasan olah tanam (oplah) di wilayahnya mencapai 210 hektare. Namun, dengan adanya banjir ini, sebagian besar lahan padi terancam gagal panen. Petani di Lempake biasanya dapat melakukan dua hingga tiga kali siklus tanam dan panen dalam setahun. Namun, dua musim tanam terakhir ini selalu mengalami gagal panen akibat banjir.
"Ini tanam yang kedua. Yang pertama waktu banjir yang bulan Januari 2025. Nah, setelah itu, kami tanam kembali, lalu sudah mendekati panen kebanjiran lagi hari ini," ungkap Adung, menggambarkan betapa beratnya perjuangan para petani menghadapi bencana berulang ini.
Upaya Pemprov Kaltim Membantu Petani
Pemprov Kaltim menyadari pentingnya membantu para petani yang terdampak banjir. Identifikasi dampak banjir terus dilakukan untuk memastikan bantuan tepat sasaran. Bantuan berupa benih padi menjadi prioritas utama agar petani dapat segera melakukan percepatan tanam setelah banjir surut. Petugas di lapangan terus memonitor perkembangan kondisi di lapangan dan melakukan pembaruan data setiap hari untuk memastikan bantuan tepat waktu dan sesuai kebutuhan.
Upaya ini diharapkan dapat meminimalisir kerugian petani dan menjaga ketahanan pangan di Kalimantan Timur. Pemprov Kaltim berkomitmen untuk terus mendukung para petani agar dapat bangkit kembali dari musibah banjir dan kembali berproduksi secara optimal. Percepatan tanam padi ini menjadi langkah strategis untuk memastikan target produksi padi di wilayah tersebut tetap tercapai.
Selain bantuan benih padi, Pemprov Kaltim juga akan mengevaluasi sistem mitigasi bencana banjir di wilayah rawan banjir untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang. Kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk petani dan instansi terkait, akan terus ditingkatkan untuk menghadapi tantangan pertanian di tengah ancaman bencana alam.
Kesimpulan
Banjir di Samarinda telah menimbulkan kerugian besar bagi petani padi di Kelurahan Lempake. Pemprov Kaltim berupaya membantu percepatan tanam padi untuk meminimalisir kerugian dan menjaga ketahanan pangan daerah. Kejadian ini menjadi pengingat pentingnya mitigasi bencana dan dukungan pemerintah untuk sektor pertanian.