Saksi Beber Fakta Baru Kematian Mahasiswa UKI: Pengakuan Mengejutkan soal Pengeroyokan dan Penghapusan Bukti
Dua saksi memberikan kesaksian berbeda terkait kematian mahasiswa UKI, Kenzha Erza Walewangko, satu menyebut keributan, lainnya menyebut pengeroyokan dan dugaan penghapusan bukti.

Kematian tragis mahasiswa Universitas Kristen Indonesia (UKI), Kenzha Erza Walewangko (22), yang ditemukan tewas di area kampus pada Selasa, 4 Maret 2024, kembali menjadi sorotan setelah dua saksi kunci, Eril dan Eliza Gilbert, memberikan kesaksian yang saling bertolak belakang dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi III DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu kemarin. Kejadian yang bermula dari keributan di kampus ini kini diwarnai dugaan pengeroyokan dan upaya menghilangkan bukti.
Eril, yang mengaku berada di lokasi sejak awal, menceritakan situasi kampus yang awalnya kondusif berubah tegang ketika Kenzha dan teman-temannya mabuk dan berteriak-teriak, menimbulkan keributan. Ketegangan meningkat ketika seorang teman menegur Kenzha untuk pulang, namun dibalas dengan bentakan. "Situasi sudah mulai tidak kondusif dan ada beberapa sekuriti yang datang," ujar Eril. Eril mencoba menjauhkan Kenzha dari keributan, namun situasi tak memungkinkan. Ia mengaku tidak melihat secara langsung apakah Kenzha dipukuli atau tidak, karena ditarik oleh Eliza ke belakang.
Berbeda dengan kesaksian Eril, Eliza Gilbert mengungkap adanya aksi kekerasan terhadap Kenzha. Ia melihat Kenzha menggoyang-goyangkan pagar sebelum diamankan sekuriti. Namun, kekerasan berlanjut ketika tiga orang, yang diduga sebagai pelaku, Geri, Thomas, dan Elon, menghampiri Kenzha. "Geri, Thomas, dan Elon ini menghampiri korban untuk meminta keterangan. Kenapa lo masih teriak-teriak seperti itu? Tidak lama kemudian, si Geri memukul dia. Memukul korban," ungkap Eliza. Kekerasan bahkan berlanjut saat Kenzha hendak dibawa ke IGD RS UKI oleh sekuriti, dengan kepala korban dibenturkan tiga kali hingga jatuh dan tak sadarkan diri. "Saya melihat Thomas ini lepas dari jeratan sekuriti, berlari ke arah korban. Sampai akhirnya saya mendengar suara tulang ketemu tulang. Kencang sekali. Sampai akhirnya korban jatuh, kepala korban sampai dibenturkan ke atas aspal," lanjut Eliza.
Kesaksian yang Bertolak Belakang dan Dugaan Penghapusan Bukti
Perbedaan mencolok antara kesaksian Eril dan Eliza menimbulkan pertanyaan besar. Eril hanya menyaksikan keributan, sementara Eliza secara gamblang menuturkan adanya pengeroyokan dan pemukulan. Lebih mengejutkan lagi, Eliza juga menduga adanya upaya penghapusan bukti. Ia melihat tiga orang memaksa seorang bapak-bapak yang diduga merekam kejadian untuk menghapus rekaman tersebut. Pernyataan Eliza ini tentu saja menambah kompleksitas kasus kematian Kenzha.
Di sisi lain, Kapolres Metro Jakarta Timur, Kombes Pol Nicolas Ary Lilipaly, dalam RDP tersebut menegaskan tidak ada pengeroyokan, meskipun mengakui adanya keributan. "Tidak terlihat bahwa terjadi pengeroyokan, kalau keributan iya. Ada terjadi keributan, tetapi tidak terjadi pengeroyokan seperti yang disampaikan," tegas Nicolas. Pihak kepolisian juga telah memeriksa 47 saksi, rinciannya 26 saksi dari mahasiswa UKI, 8 saksi sekuriti kampus, 7 saksi dari RS UKI, 3 saksi dari rektorat UKI, 1 saksi keluarga korban, 1 saksi driver kampus UKI, dan 1 saksi penjual minuman alkohol. Saksi-saksi yang diperiksa bukan mahasiswa yang ikut mengonsumsi minuman beralkohol bersama korban.
Perbedaan kesaksian ini menimbulkan pertanyaan akan kebenaran yang sebenarnya. Apakah memang terjadi pengeroyokan seperti yang diungkapkan Eliza, atau hanya keributan biasa seperti yang dinyatakan oleh Eril dan pihak kepolisian? Dugaan penghapusan bukti juga menjadi poin penting yang perlu diselidiki lebih lanjut. Kasus kematian Kenzha Erza Walewangko ini masih jauh dari kata tuntas dan membutuhkan penyelidikan lebih mendalam untuk mengungkap kebenaran di balik kematian tragis tersebut.
Proses hukum yang sedang berjalan diharapkan dapat mengungkap fakta sebenarnya dan memberikan keadilan bagi keluarga korban. Peran serta semua pihak, termasuk saksi-saksi, sangat penting dalam mengungkap misteri di balik kematian mahasiswa UKI ini. Publik menantikan hasil penyelidikan yang transparan dan akuntabel.