Sisa MBG Jakarta Selatan Diolah Menjadi Maggot di Laskaru Jagakarsa
Suku Dinas LH Jaksel mengarahkan sisa Makan Bergizi Gratis (MBG) untuk diolah menjadi maggot di Kelompok Tani Hutan Laskaru Jagakarsa guna mengurangi sampah organik dan mendukung budidaya maggot.

Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Selatan (Sudin LH Jaksel) mengambil langkah inovatif dalam pengelolaan sampah organik. Sisa makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sekolah-sekolah Jakarta Selatan kini diarahkan untuk diolah di Kelompok Tani Hutan Laskar Krukut Luhur (KTH Laskaru) yang berlokasi di Jagakarsa. Inisiatif ini bertujuan mengurangi volume sampah organik dan sekaligus mendukung program budidaya maggot yang tengah digalakkan.
Kepala Sudin LH Jaksel, Mohamad Amin, menjelaskan bahwa kerjasama ini akan melibatkan sekolah-sekolah yang telah memiliki dapur. Sisa makanan, khususnya buah dan sayur, akan dikumpulkan dan dikirim ke Laskaru untuk diolah menjadi pakan maggot. "Sekolah yang sudah ada lokasi-lokasi dapurnya, kita kerja sama juga untuk sisa makanannya pun bisa diolah dan dibawa ke lokasi tersebut," ungkap Amin saat ditemui di Jakarta, Kamis.
Langkah ini merupakan bagian dari upaya Sudin LH Jaksel dalam mengoptimalkan pengelolaan sampah organik. Dengan mengolah sisa MBG menjadi pakan maggot, diharapkan dapat mengurangi beban Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) dan sekaligus menciptakan nilai tambah dari sampah organik tersebut. Program ini juga sejalan dengan upaya pemerintah dalam mengurangi dampak lingkungan dari sampah organik.
Pengolahan Sampah Organik Menjadi Pakan Maggot
KTH Laskaru dipilih sebagai lokasi pengolahan karena kapasitasnya yang cukup besar. Menurut Amin, Laskaru mampu mengolah hingga 2 ton sampah organik per hari. Fasilitas ini akan menerima sampah organik dari berbagai sumber, termasuk sisa MBG dari sekolah-sekolah di Jakarta Selatan. Selain itu, Laskaru juga menerima sampah organik dari rumah tangga di delapan kecamatan di Jakarta Selatan.
Proses pengolahan sisa MBG di Laskaru melibatkan budidaya maggot. Maggot, atau larva black soldier fly (BSF), dikenal sebagai pengurai sampah organik yang efektif. Maggot lebih menyukai sisa olahan dapur (SOD) yang organik, seperti sayur dan buah-buahan, sehingga sisa MBG sangat cocok sebagai pakannya. Setelah diolah oleh maggot, sisa hasil olahan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik, yang memberikan manfaat tambahan bagi lingkungan.
Sudin LH Jaksel secara aktif mensosialisasikan manfaat budidaya maggot kepada masyarakat. Sosialisasi ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah organik dan mendorong partisipasi aktif dalam program ini. Dengan demikian, program ini diharapkan dapat menciptakan dampak yang lebih luas dan berkelanjutan.
Dukungan Pemerintah DKI Jakarta
Program budidaya maggot di Jakarta Selatan mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI. DLH DKI telah membentuk 71 lokasi budidaya maggot yang tersebar di berbagai wilayah Jakarta. Lokasi-lokasi ini berfungsi sebagai pusat pembibitan larva BSF dan memasok bibit maggot ke unit-unit plasma di tingkat Rukun Warga (RW).
Dengan adanya dukungan dari pemerintah, program ini diharapkan dapat berkembang lebih pesat dan menjangkau lebih banyak wilayah di Jakarta. Pembentukan pusat pembibitan maggot juga memastikan ketersediaan bibit maggot yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pengolahan sampah organik di berbagai lokasi. Hal ini akan memperkuat keberlanjutan program dan meningkatkan efektivitasnya dalam mengurangi sampah organik.
Inisiatif ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam mengelola sampah secara berkelanjutan. Dengan menggabungkan teknologi tepat guna, seperti budidaya maggot, dan kerjasama antar instansi, diharapkan dapat tercipta solusi yang efektif dan efisien dalam mengatasi permasalahan sampah organik di Jakarta Selatan.
Ke depannya, diharapkan semakin banyak sekolah dan masyarakat yang berpartisipasi dalam program ini. Dengan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, sekolah, dan masyarakat, pengelolaan sampah organik di Jakarta Selatan dapat semakin optimal dan berkelanjutan, memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat.