Kasus DBD di Kaltim Turun Drastis, Vaksinasi dan PSN Jadi Faktor Utama
Dinas Kesehatan Kaltim laporkan penurunan drastis kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) pada periode Januari-Februari 2025, diduga karena vaksinasi, sosialisasi PSN, dan siklus alami.

Samarinda, 21 Februari 2025 - Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) mengalami penurunan drastis kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) pada periode Januari hingga awal Februari 2025. Penurunan ini terbilang signifikan jika dibandingkan periode yang sama tahun 2024. Dinas Kesehatan Kaltim mencatat hanya sekitar 200 kasus, jauh di bawah angka 1.500 kasus pada periode yang sama tahun lalu. Hal ini disampaikan oleh Ketua Tim Kerja Surveilans dan Imunisasi Dinkes Kaltim, Adi Permana, di Samarinda.
Penurunan kasus ini terjadi meskipun biasanya awal tahun hingga Maret merupakan periode peningkatan kasus DBD di Kaltim, seiring dengan musim hujan. Namun, tahun ini menunjukkan tren yang berbeda dan cukup mengejutkan. Berbagai faktor diduga menjadi penyebab penurunan signifikan ini, menurut Adi Permana.
Berbagai upaya pencegahan dan faktor alamiah diyakini berkontribusi terhadap penurunan angka kasus DBD. Hal ini menjadi kabar baik bagi masyarakat Kaltim setelah beberapa tahun sebelumnya angka DBD cukup tinggi.
Vaksinasi dan Sosialisasi PSN Berperan Penting
Adi Permana menjelaskan beberapa faktor yang mungkin berkontribusi terhadap penurunan kasus DBD. Salah satunya adalah program vaksinasi DBD yang telah dilaksanakan. Meskipun cakupan vaksinasi masih terbatas jika dibandingkan dengan populasi Kaltim, vaksinasi terbukti efektif. "Mungkin salah satunya ada sedikit pengaruhnya (vaksinasi). Saya bilang sedikit karena memang vaksin ini kan persentasinya kurang dibanding populasi," ujar Adi.
Data yang dikumpulkan Dinkes Kaltim menunjukkan hasil yang menjanjikan. Di kota-kota besar seperti Balikpapan dan Samarinda, tidak ada kasus DBD yang dilaporkan pada mereka yang telah divaksinasi. "Dari data kami, misalnya di Balikpapan dan Samarinda, memang tidak ada kasus terlapor dari mereka yang sudah divaksin. Jadi, semua yang divaksin 100 persen itu tidak ada kasus," kata Adi Permana menambahkan.
Selain vaksinasi, sosialisasi dan edukasi mengenai Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) juga dinilai efektif. Peningkatan kesadaran masyarakat untuk melakukan PSN di rumah masing-masing turut berkontribusi pada penurunan kasus. "Memang imbauan-imbauan berapa kali karena di tahun lalu ada beberapa yang dinyatakan KLB. Jadi mungkin sudah memahami masyarakat bagaimana pentingnya untuk PSN, minimal di rumahnya masing-masing," tuturnya.
Faktor lain yang turut berperan adalah kekebalan tubuh. Adi menjelaskan bahwa orang yang pernah terinfeksi DBD cenderung kebal terhadap infeksi selanjutnya, kecuali jika terpapar jenis virus yang berbeda.
Target Vaksinasi dan Langkah Ke Depan
Dinkes Kaltim menargetkan sekitar 12.550 orang untuk vaksinasi DBD di Balikpapan dan Samarinda. Vaksinasi dosis kedua pun telah selesai dilaksanakan. Meskipun vaksinasi dan PSN berperan penting, pihak Dinkes Kaltim tetap menekankan pentingnya kewaspadaan dan upaya pencegahan secara berkelanjutan.
Meskipun terjadi penurunan drastis, Dinkes Kaltim tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan aktif melakukan PSN. Upaya pencegahan secara komprehensif, meliputi vaksinasi dan PSN, diharapkan dapat menekan angka kasus DBD di masa mendatang. Keberhasilan ini juga menjadi bukti pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat dalam menjaga kesehatan publik.
Data menunjukkan bahwa vaksinasi DBD efektif mencegah penularan, dan kesadaran masyarakat dalam melakukan PSN juga berkontribusi signifikan terhadap penurunan kasus. Ke depan, diharapkan program vaksinasi dan sosialisasi PSN terus ditingkatkan untuk mencegah merebaknya penyakit DBD di Kaltim.