Pemuda Aceh Terancam 17 Tahun Penjara Kasus Kurir Sabu 3,2 Kg
Jaksa tuntut Khairul Munanda, pemuda Aceh, 17 tahun penjara karena terbukti menjadi kurir 3,2 kg sabu-sabu dari Aceh ke Lombok.

Medan, 20 Februari 2025 - Seorang pemuda asal Aceh, Khairul Munanda Bin Mansyur (24 tahun), menghadapi tuntutan 17 tahun penjara dari Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara (Kejati Sumut). Khairul didakwa sebagai kurir sabu-sabu seberat 3,2 kilogram. Penangkapannya di Pintu Tol Sei Semayang, Deli Serdang, Sumatera Utara pada 2 Agustus 2024, mengungkap jaringan narkoba antarprovinsi yang melibatkan Khairul sebagai mata rantai penting dalam pengiriman barang haram tersebut.
Tuntutan tersebut dibacakan oleh JPU Erning Kosasih di Pengadilan Negeri Medan pada Rabu, 20 Februari 2025. Dalam pernyataannya, Erning menyatakan bahwa Khairul terbukti bersalah melanggar Pasal 114 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Pasal ini mengatur tentang tindak pidana penyalahgunaan narkotika dengan ancaman hukuman yang berat, mengingat jumlah sabu yang dibawa cukup signifikan.
Proses persidangan yang dipimpin oleh Hakim Ketua As'ad Rahim Lubis ini masih berlanjut. Setelah mendengarkan tuntutan JPU, hakim menunda persidangan dan menetapkan agenda selanjutnya yaitu nota pembelaan atau pledoi dari terdakwa dan penasehat hukumnya pada Rabu, 26 Februari 2025. Putusan akhir atas kasus ini tentu akan sangat dinantikan, mengingat beratnya tuntutan yang dijatuhkan terhadap Khairul.
Proses Penangkapan dan Peran Terdakwa
Penangkapan Khairul berawal dari informasi masyarakat yang mengindikasikan adanya seseorang yang membawa sabu-sabu dari Aceh menuju Pulau Lombok. Polisi kemudian melakukan penyelidikan dan berhasil menangkap Khairul di Pintu Tol Sei Semayang. Dari tangan Khairul, polisi berhasil mengamankan barang bukti berupa 3,2 kilogram sabu-sabu yang siap untuk dikirim.
Menurut JPU, Khairul dijanjikan upah sebesar Rp4 juta jika berhasil mengantarkan sabu-sabu tersebut ke Lombok. Ia berencana untuk membawa sabu tersebut menggunakan pesawat melalui Bandara Kualanamu. Perencanaan yang matang ini menunjukkan bahwa Khairul bukanlah pemain kecil dalam jaringan narkoba tersebut, melainkan bagian penting dari rantai distribusi.
JPU Erning Kosasih menekankan bahwa bukti-bukti yang ada telah cukup untuk membuktikan kesalahannya. Terdakwa terbukti bersalah karena menjadi kurir narkoba jenis sabu-sabu seberat 3,2 kilogram dari Aceh ke Pulau Lombok. Bukti tersebut menjadi dasar bagi tuntutan 17 tahun penjara yang dilayangkan kepada Khairul.
Ancaman Hukuman Berat dan Pertimbangan Hukum
Pasal 114 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang dikenakan kepada Khairul memang mengatur hukuman yang sangat berat. Hal ini mengingat dampak buruk dari peredaran narkoba terhadap masyarakat. JPU menilai bahwa tuntutan 17 tahun penjara sudah sebanding dengan perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa.
Persidangan selanjutnya akan difokuskan pada nota pembelaan dari terdakwa dan penasehat hukumnya. Mereka akan berupaya meringankan hukuman yang dijatuhkan kepada Khairul. Namun, mengingat bukti-bukti yang cukup kuat, peluang untuk meringankan hukuman mungkin akan cukup sulit.
Kasus ini menjadi pengingat akan bahaya peredaran narkoba dan betapa pentingnya peran masyarakat dalam memberantasnya. Kerja sama antara masyarakat dan aparat penegak hukum sangat dibutuhkan untuk memutus mata rantai peredaran narkoba di Indonesia.
Sidang selanjutnya akan menentukan nasib Khairul Munanda Bin Mansyur. Apakah tuntutan 17 tahun penjara akan dikabulkan oleh majelis hakim, atau ada keringanan hukuman yang diberikan? Kita tunggu saja perkembangan selanjutnya.