Rupiah Diprediksi Melemah: Kepercayaan Konsumen Menurun, Risiko Perang Tarif AS-China Meningkat
Analis memprediksi pelemahan rupiah akibat penurunan kepercayaan konsumen dan meningkatnya risiko perang tarif antara Amerika Serikat dan China, yang berpotensi mempengaruhi daya beli dan investasi.

Jakarta, 16 April 2025 - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi akan melemah. Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, mengungkapkan bahwa penurunan tingkat kepercayaan konsumen dan penurunan penjualan mobil menjadi faktor utama pelemahan tersebut. Pelemahan ini diiringi dengan meningkatnya permintaan emas, yang mencerminkan sikap masyarakat yang lebih berhati-hati dalam berinvestasi dan pengeluaran.
Lukman Leong menjelaskan, "Jelas melemahnya daya beli masyarakat dan antisipasi masyarakat akan ketidakpastian ekonomi ke depannya (yang menyebabkan penurunan data-data tersebut). Masyarakat cenderung bijaksana dalam pengeluaran dan investasi yang tercerminkan dari meningkatnya permintaan emas akhir-akhir ini." Pernyataan ini disampaikannya kepada ANTARA di Jakarta, Rabu.
Survei Bank Indonesia (BI) pada Maret 2025 menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) berada di angka 121,1, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang juga mengalami penurunan.
Analisis Indeks Keyakinan Konsumen
Survei BI mencatat IKK Maret 2025 yang terdiri dari IKE (110,6) dan IEK (131,7). Angka ini lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya di mana IKE tercatat 114,2 dan IEK 138,7. Meskipun komponen IKE seperti Indeks Penghasilan Saat Ini (IPSI), Indeks Pembelian Barang Tahan Lama (IPDG), dan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (IKLK) masih berada pada level optimis, namun angkanya lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini menunjukkan adanya penurunan daya beli dan kepercayaan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini.
Sementara itu, IEK yang mencerminkan ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi enam bulan ke depan, meskipun tetap kuat, juga menunjukkan penurunan jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Komponen IEK seperti Indeks Ekspektasi Penghasilan (IEP), Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha (IEKU), dan Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja (IEKLK) menunjukkan penurunan meskipun tetap berada di level optimis.
Penurunan angka-angka tersebut mengindikasikan adanya kekhawatiran di kalangan konsumen terhadap prospek ekonomi jangka pendek. Hal ini diperkuat oleh penurunan penjualan mobil, yang menunjukkan penurunan daya beli masyarakat secara nyata.
Dampak Perang Tarif AS-China
Selain penurunan kepercayaan konsumen, Lukman Leong juga menyoroti kekhawatiran investor terhadap perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dan China sebagai faktor pelemahan rupiah. Boikot China terhadap pengiriman pesawat Boeing, yang mencapai 20 persen dari total penjualan global Boeing, menjadi indikasi meningkatnya tensi antara kedua negara.
Lukman menambahkan, "Boikot China atas Boeing adalah sikap yang keras, mengingat penjualan Boeing di China mencapai 20 persen dari total global. Hal ini menunjukkan potensi eskalasi tensi China-AS ke depannya." Perang tarif ini berpotensi mengganggu rantai pasokan global dan mempengaruhi perekonomian Indonesia.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, Lukman memperkirakan nilai tukar rupiah akan berada di kisaran Rp16.750 hingga Rp16.850 per dolar AS. Meskipun pada pembukaan perdagangan Rabu pagi rupiah menguat 8 poin menjadi Rp16.819 per dolar AS, prediksi pelemahan tetap ada.
Kesimpulannya, pelemahan rupiah merupakan dampak dari kombinasi penurunan kepercayaan konsumen dan meningkatnya risiko geopolitik akibat perang tarif AS-China. Situasi ini perlu dipantau dengan cermat oleh pemerintah dan pelaku ekonomi.