Tiga Napi di Jateng Dapat Remisi Imlek 2025
Sebanyak tiga narapidana di Jawa Tengah yang beragama Konghucu menerima remisi hukuman dalam rangka perayaan Tahun Baru Imlek 2025 setelah memenuhi sejumlah persyaratan administratif dan substantif.

Semarang, 29 Januari 2025 - Kabar gembira datang bagi tiga narapidana di Jawa Tengah. Ketiga napi yang beragama Konghucu ini mendapatkan remisi atau pengurangan masa hukuman dalam rangka perayaan Tahun Baru Imlek 2025. Mereka menjalani masa hukuman di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Semarang, Lapas Permisan, dan Lapas Gladakan di Nusakambangan, Cilacap.
Kepala Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Wilayah Jawa Tengah, Kunrat Kasmiri, menjelaskan bahwa pemberian remisi ini diberikan setelah melalui proses verifikasi yang ketat. Tidak semua napi berhak menerima remisi. Ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi para warga binaan pemasyarakatan (WBP).
Syarat-syarat tersebut meliputi persyaratan administratif dan substantif. Dari sisi administratif, berkas-berkas pengajuan remisi harus lengkap dan memenuhi ketentuan yang berlaku. Sementara itu, dari sisi substantif, para napi harus menunjukkan perilaku baik selama menjalani masa hukuman.
Lebih rinci, Kunrat Kasmiri memaparkan beberapa kriteria penerima remisi. Para napi harus aktif mengikuti program pembinaan yang diselenggarakan pihak Lapas. Mereka juga harus memiliki catatan perilaku yang baik selama menjalani hukuman. Perkara hukum yang dijalani juga harus telah berkekuatan hukum tetap. Syarat lainnya, mereka tidak sedang menjalani hukuman pidana dalam perkara lain, dan telah menjalani masa hukuman minimal enam bulan.
Pemberian remisi ini, menurut Kunrat, merupakan bentuk apresiasi dari pemerintah kepada napi yang telah menunjukkan sikap patuh dan taat selama menjalani masa tahanan. Hal ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi napi lain untuk berperilaku baik dan aktif mengikuti program pembinaan.
"Terdapat syarat administrasi dan substantif yang harus dipenuhi oleh warga binaan penerima remisi," jelas Kunrat Kasmiri dalam keterangannya di Semarang.
"Remisi ini diharapkan juga menjadi motivasi bagi warga binaan lain untuk berperilaku baik dalam mengikuti pembinaan di dalam lapas," tambahnya.
Dengan demikian, pemberian remisi ini bukan hanya sekadar pengurangan masa hukuman, tetapi juga bentuk penghargaan atas perilaku baik dan kepatuhan para napi terhadap aturan yang berlaku selama menjalani masa pidana. Semoga hal ini dapat menjadi contoh positif bagi para napi lainnya.